Pendahuluan
Al
Haq merupakan suatu tema kajian yang menarik. Dalam beberapa media, al haq
sering muncul sebagai materi yang memiliki daya tarik. Pembicaraan mengenai Al
Haq sebagai sesuatu yang harus kita fahami, sebagai salah satu asmaul husna,
ataupun yang lainnya, merupakan hal yang telah lama muncul. Akan tetapi sampai
pada saat ini masih banyak yang mengkajinya. Apakah karena permasalahan
mengenai Al Haq di anggap belum selesai atau karena memang Al Haq memiliki
banyak kandungan makna yang masih
belum terungkap.
belum terungkap.
Berbicara
mengenai al haq, pada zaman dahulu pernah menjadi suatu hal yang fenomenal.
Tepatnya pada zaman penyebaran Islam di indonesia, lebih spesifiknya pada zaman
wali songo. Pada saat itu ada dua orang sufi yang terkenal dengan perkataannya
“ana al haq”[1].
Al Hallaj dan Syeh Siti Jenar adalah dua orang sufi yang terkenal dengan ucapan
ucapan di atas yakni "ana al-Haq"-nya. Al Hallaj kemudian dijatuhi
hukuman mati oleh kerajaan waktu itu, sedangkan Syeh Siti Jenar mematikan
dirinya dengan sukarela. Meskipun pengakuan semua sufi-sufi yang sejaman dengan
keduanya (misal Juneid al Baghdadi, dan wali sanga) bahwa tauhid Al Hallaj
maupun Siti Jenar adalah benar (misalnya, di buku2 tentang Syeh Siti Jenar banyak
dikutip dialog Sunan Geseng dengan Syeh Siti Jenar yang tercatat di Babad Tanah
Jawa, yang menyepakati mengenai wahdah al-wujud). Tapi begitulah, Al Hallaj
dihukum mati, menurut ahli-ahli sejarah dan telah di konfirmasi secara
literatur, sedangkan Syeh Siti Jenar wallahu a'lam. (bisa jadi beliau
"dihukum mati" tidak tercantum dalam literatur).
Sejarah
tersebut membuktikan bahwa pergolakan mengenai al haq telah ada sejak zaman
dulu khususnya di indonesia.
Pembahasan
الحق berasal dari kata حق, terdiri dari 2 huruf yakni ha dan qaf.
Maknanya berkisar pada kemantapan sesuatu dan kebenarannya. Lawan
dari yang batil/lenyap adalah Haq. Sesuatu yang “mantap dan tidak
berubah”, juga dinamai haq, demikian juga yang “mesti dilaksanakan” atau
“yang wajib”. Tikaman yang mantap sehingga menembus ke dalam – karena mantapnya
– juga dilukiskan dengan akar kata ini yakni muthaqoh. Pakaian yang baik
dan mantap tenunannya dinamai tsaubun muhaqqaq. Al haq dalam asmaaulhusna
memiliki pengertian maha benar. Asmaaulhusna secara harfiah ialah nama-nama
Allah yang baik dan agung sesuai dengan sifat-sifatNya. Nama-nama Allah yang
agung dan mulia itu merupakan suatu kesatuan yang menyatu dalam kebesaran dan
kehebatan Allah, sebagai pencipta dan pemelihara alam semesta beserta segala
isinya. Dengan pengertian tersebut bisa dipahami bahwa Al haq adalah salah satu
sifatnya. Dengan kata lain, salah satu sifat Allah SWT itu adalah maha benar (الحق) .
Nilai-nilai
agama adalah Haq karena nilai-nilai tersebut selalu mantap tidak dapat
diubah-ubah[2].
Seagala sesuatu yang tidak berubah, sifatnya pasti, dan sesuatu yang pasti
menjadi benar, dari sisi bahwa ia tidak mengalami perubahan.
Kata
al-Haq terulang di dalam Al Qur’an sebanyak 227 kali dengan aneka ragam
arti; seperti agama, Al Qur’an, Islam, keadilan, tauhid, keyakinan, kematian,
kebangkitan dan lain-lain, yang puncaknya adalah Allah swt.
Seperti
yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa Allah swt adalah Haq. karena Dia
tidak mengalami sedikitpun perubahan. Dia wujud dan wujudNya bersifat wajib.
Tidak dapat tergambar dalam benak bahwa Dia disentuh oleh ketiadaan atau
perubahan, sebagaimana yang dialami oleh makhluk. Dia yang berhak (yang mesti)
disembah, tiada yang berhak disembah kecuali Allah. Dia juga Haq karena
yang bersumber dariNya pasti benar, mantap, dan tidak berubah.
Imam
Al Ghazali menguraikan bahwa apa yang diinformasikan merupakan satu dari tiga
kemungkinan: Batil secara mutlak, Haq secara mutlak, atau dari satu
sisi haq dan dari sisi yang lain batil.
Sesuatu
dari sisi zatnya tidak mungkin wujud adalah batil secara mutlak, lawannya
adalah Haq, yaitu Allah karena wujudnya wajib adanya.
Adapun
yang dari satu sisi haq dan sisi lain abtil adalah hal yang bila
ditinjau dari zatnya, tidak ada atau tidak dapat ada kecuali bila diadakan.
Nah, dari sisi ini ia batil, tetapi bila ditinjau dari wujudNya itu, maka dia haq
walau pun sifat haq yang disandangNya bersifat relatif, karena tadinya
tidak ada, kemudian diadakan, lalu akan ditiadakan lagi. Maha benar Allah dalam
firmanNya:
Ÿwur äíô‰s? yìtB «!$# $·g»s9Î) tyz#uä ¢ Iw tm»s9Î) žwÎ) uqèd 4 ‘@ä. >äóÓx« î7Ï9$yd žwÎ) ¼çmygô_ur 4 ã&s! â/õ3çtø:$# Ïmø‹s9Î)ur tbqãèy_öè? ÇÑÑÈ
“Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah,
Tuhan apapun yang lain. tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia.
tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. bagi-Nyalah segala penentuan,
dan Hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan” (QS. Al Qashash [28] : 88).
Sesuatu yang terjangkau oleh akal dan dibenarkan
olehnya juga dinamai haq, walaupun sifatNya relatif, karena
pembenarannya bersumber dari pemilik akal (manusia) yang relatif.
Ucapan juga ada yang terjangkau oleh akal dan
dibenarkan olehnya serta sesuai dengan kenyataan, maka ketika itu ia pun
menjadi haq. Ucapan yang paling haq adalah Laa Ilaaha IllaaAllah, karena
dipahami oleh akal, dibenarkan olehnya, serta kandungannya tidak berubah sama
sekali, sampai kapan pun.
Kesimpulan
Al Haq secara bahasa mengandung pengertian kemantapan
sesuatu dan kebenarannya. Lawan dari yang batil/lenyap
adalah Haq. Sesuatu yang “mantap dan tidak berubah”, juga dinamai haq,
demikian juga yang “mesti dilaksanakan” atau “yang wajib”.
Nilai-nilai
agama adalah Haq karena nilai-nilai tersebut selalu mantap tidak dapat
diubah-ubah[3].
Seagala sesuatu yang tidak berubah, sifatnya pasti, dan sesuatu yang pasti
menjadi benar, dari sisi bahwa ia tidak mengalami perubahan.
Allah
swt adalah Haq. karena Dia tidak mengalami sedikitpun perubahan. Dia
wujud dan wujudNya bersifat wajib. Tidak dapat tergambar dalam benak bahwa Dia
disentuh oleh ketiadaan atau perubahan, sebagaimana yang dialami oleh makhluk.
Dia yang berhak (yang mesti) disembah, tiada yang berhak disembah kecuali
Allah. Dia juga Haq karena yang bersumber dariNya pasti benar, mantap,
dan tidak berubah.
Daftar
Pustaka
M. Quraish
Shihab, Ensiklopedia Al Quran.
http://amjabal.multiply.com/journal/item/1/Ana_al-Haq_1_Tauhid_Al-Wujud_di_ayat_Kursi
-->
wikipedia.co.id
Bulletin KMII, Media Fikir dan Tausiyah. Edisi
1 Th.1 1/29 Rabi’ul Akhir 1424 H/29 Juni 2003 M
“Firman
Allah berasal dari lidah orang arab” (كلمة حقق من لسان
العرب)